Open Science di Indonesia: Wawancara Bersama Dasapta Erwin Irawan

Pada tahun-tahun awal 2010-an, istilah Open Science (OS) mungkin masih terdengar asing bagi sebagian besar akademisi Indonesia. Namun tidak bagi Dasapta Erwin Irawan, hidrologis dari Institut Teknologi Bandung (ITB), yang kelak dikenal sebagai salah satu pelopor gerakan ini di tanah air, keterlibatannya bermula dari sesuatu yang lebih personal dan tak terencana. Sebuah waktu luang. “Kalau saya, idle time, kemudian serendipity lagi, saya kenal orang, orang … Continue reading Open Science di Indonesia: Wawancara Bersama Dasapta Erwin Irawan

Universitas India Akan Dikenai Penalti atas Artikel Retraksi Negatif: Integritas Ilmiah Masuk Perhitungan Akreditasi

Sistem pendidikan tinggi India telah lama terobsesi pada kuantitas. Jumlah publikasi, indeks sitasi, dan metrik jurnal telah menjadi mata uang utama untuk promosi akademik, peringkat universitas, dan pendanaan riset. Namun apa jadinya jika obsesi terhadap angka justru menggerus fondasi ketelitian ilmiah? Keputusan terbaru Kementerian Pendidikan India untuk memberikan penalti pada universitas yang artikel risetnya ditarik kembali (retracted) dalam kerangka National Institutional Ranking Framework (NIRF) bisa … Continue reading Universitas India Akan Dikenai Penalti atas Artikel Retraksi Negatif: Integritas Ilmiah Masuk Perhitungan Akreditasi

When Science Is Local, Silence Is Global

In recent years, the international scientific community has mobilized swiftly to defend academic freedom when it is under threat in wealthy nations. During the Trump administration, when American climate scientists feared political retaliation, Canadian institutions opened digital repositories and established “climate sanctuaries”. Following Brexit, European funding agencies adapted frameworks to accommodate displaced British researchers. In 2022, Germany’s Alexander von Humboldt Foundation expanded its Philipp Schwartz … Continue reading When Science Is Local, Silence Is Global

Sains Tidak Harus Memilih Antara Ketelitian dan Keragaman

Minggu kemarin, saya menyimak lagi perbincangan panas di X (sebelumnya Twitter) sekitar tahun lalu, di mana warganet memperdebatkan kontribusi nyata dari ilmu-ilmu sosial. Dalam banyak utas tersebut, pembela ilmu sosial direndahkan karena dianggap mengandalkan pengetahuan yang ‘subjektif’ atau ‘tidak bisa dibuktikan’, sementara ilmu-ilmu STEM dipuji sebagai objektif, bermanfaat, dan “produktif” secara ekonomi. Argumen ini berkembang dengan cepat namun berakhir dengan nada diskusi sarkastik, merendahkan, dan … Continue reading Sains Tidak Harus Memilih Antara Ketelitian dan Keragaman