Di era informasi yang semakin canggih, penolakan terhadap sains justru menjadi fenomena yang terus berkembang. Mulai dari penolakan terhadap vaksin COVID-19 hingga skeptisisme terhadap perubahan iklim, banyak individu dan kelompok yang menolak konsensus ilmiah.
Sebuah studi terbaru yang dilakukan oleh Agnieszka Golec de Zavala mengungkap bahwa penolakan terhadap sains berkaitan erat dengan narsisme kolektif. Penelitian ini menemukan bahwa narsisme kolektif adalah faktor yang lebih kuat dalam memprediksi penolakan sains dibandingkan faktor lain seperti tingkat pendidikan atau konservatisme politik.
Lalu apa dan bagaimana narsisme kolektif memengaruhi sikap terhadap sains, serta dampaknya pada isu-isu global seperti pandemi dan perubahan iklim.
Narsisme Kolektif: Keyakinan Superioritas Kelompok
Narsisme kolektif adalah keyakinan bahwa kelompok seseorang lebih unggul dibanding kelompok lain, sering kali tanpa dasar objektif yang kuat. Fenomena ini muncul dari kebutuhan psikologis individu untuk merasa berharga dengan mengidentifikasi diri secara berlebihan dengan kelompoknya.
Berbeda dengan kebanggaan kolektif yang sehat, narsisme kolektif cenderung defensif dan agresif terhadap kritik eksternal, karena ancaman terhadap kelompok dianggap sebagai ancaman terhadap identitas pribadi. Individu yang memiliki narsisme kolektif tinggi sering kali menunjukkan sikap eksklusif, intoleran, dan mencari pengakuan eksternal untuk menegaskan keunggulan kelompoknya.
Dalam konteks sosial dan politik, narsisme kolektif dapat memicu polarisasi, konflik antar kelompok, serta penyebaran disinformasi untuk mempertahankan citra positif kelompok sendiri.
Studi psikologi sosial menunjukkan bahwa faktor-faktor seperti ancaman identitas, ketidakstabilan sosial, dan kepemimpinan populis dapat memperkuat narsisme kolektif dalam masyarakat. Oleh karena itu, memahami mekanisme narsisme kolektif menjadi penting untuk merancang strategi yang dapat mengurangi dampak negatifnya, seperti melalui pendidikan yang mendorong pemikiran kritis, interaksi lintas kelompok, serta promosi identitas sosial yang inklusif.
Mengapa Narsisme Kolektif Mendorong Penolakan Sains?
Penelitian ini menunjukkan bahwa narsisme kolektif berkontribusi terhadap penolakan sains melalui beberapa mekanisme psikologis:
- Ketidakpercayaan pada Otoritas Ilmiah
Orang dengan narsisme kolektif melihat sains sebagai ancaman terhadap identitas kelompok mereka. Mereka percaya bahwa para ilmuwan tidak netral dan memiliki agenda tersembunyi yang merugikan kelompok mereka. - Kecenderungan Konspiratif
Individu dengan narsisme kolektif lebih mungkin percaya pada teori konspirasi, seperti anggapan bahwa perubahan iklim adalah hoaks atau vaksin adalah alat kontrol populasi. - Resistensi terhadap Informasi Baru
Karena narsisme kolektif didorong oleh kebutuhan untuk merasa superior, individu dengan karakteristik ini cenderung menolak informasi yang bertentangan dengan keyakinan mereka, termasuk fakta ilmiah.
Bagaimana Mengatasi Penolakan Sains yang Dipengaruhi Narsisme Kolektif?
Memahami hubungan antara narsisme kolektif dan penolakan sains dapat membantu dalam merancang strategi komunikasi sains yang lebih efektif. Beberapa pendekatan yang dapat digunakan meliputi:
- Meningkatkan Kepuasan Kelompok yang Sehat
Penelitian ini menunjukkan bahwa kepuasan kelompok yang tidak narsistik berhubungan dengan penerimaan sains. Oleh karena itu, membangun rasa kebanggaan nasional atau komunitas yang lebih sehat dan berbasis fakta dapat membantu mengurangi penolakan sains. - Menghindari Pendekatan yang Mengancam Identitas Kelompok
Menghadapi individu dengan narsisme kolektif dengan pendekatan yang terlalu konfrontatif dapat memperkuat sikap defensif mereka. Sebaliknya, pendekatan yang lebih inklusif dan membingkai sains sebagai sesuatu yang mendukung identitas kelompok mereka dapat lebih efektif. - Melibatkan Tokoh-Tokoh yang Dihormati dalam Kelompok
Orang dengan narsisme kolektif lebih mungkin mempercayai informasi yang datang dari anggota kelompok mereka sendiri. Oleh karena itu, melibatkan tokoh yang dihormati dalam komunitas tertentu untuk menyampaikan pesan ilmiah bisa menjadi strategi yang efektif. - Menggunakan Narasi yang Positif
Alih-alih menyoroti konsekuensi negatif dari menolak sains, pendekatan yang lebih positif seperti menampilkan manfaat nyata dari sains bagi kelompok mereka dapat lebih diterima.
Penelitian ini memberikan wawasan baru tentang bagaimana narsisme kolektif menjadi salah satu faktor utama dalam penolakan sains.
Dalam konteks pandemi, perubahan iklim, dan kebijakan kesehatan, narsisme kolektif telah terbukti memperkuat sikap anti-sains. Namun, ada harapan bahwa dengan pendekatan komunikasi yang tepat—terutama dengan menumbuhkan kepuasan kelompok yang lebih sehat—penolakan terhadap sains dapat dikurangi.
Di masa depan, penelitian lebih lanjut diperlukan untuk mengembangkan strategi komunikasi sains yang lebih efektif dalam menghadapi tantangan ini. Sains bukan hanya tentang fakta, tetapi juga tentang bagaimana kita mengomunikasikannya kepada masyarakat.
