Brief Report: Human Metapneumovirus (HMPV) di Tiongkok

Lima tahun setelah berita pertama tentang COVID dirilis oleh WHO, laporan terbaru tentang virus pada penyakit pernafasan yang tidak biasa di Tiongkok memicu kekhawatiran bagi dunia internasional.

Pihak berwenang Tiongkok pertama kali mengeluarkan peringatan tentang human Human Metapneumovirus (hMPV) pada tahun 2023, tetapi laporan media mengindikasikan bahwa kasus-kasus ini tersebut akan meningkat lagi selama musim dingin di Tiongkok. Kondisi ini kemudian dibenarkan oleh kenaikan kunjungan rumah sakit anak di Tiongkok yang menghadapi lonjakan kasus penyakit pernapasan yang tidak biasa pada anak-anak, dengan banyak pasien mengalami gejala berat dalam periode 2024.

Peningkatan kasus ini menarik laporan media internasional terkait dugaan wabah patogen yang kurang dikenal, yakni Human Metapneumovirus (hMPV). Beberapa unggahan dalam media sosial menunjukkan ruang tunggu rumah sakit yang diklaim penuh sesak.

Namun, hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari pihak Tiongkok mengenai beban kesehatan masyarakat yang meningkat akibat situasi ini. Meski demikian, otoritas kesehatan di akhir Desember mencatat peningkatan penyakit pernapasan di seluruh negeri.

Data dari Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Tiongkok (CCDC) mengungkapkan bahwa pada pekan kedua terakhir tahun 2024, hampir sepertiga kasus penyakit serupa flu di Tiongkok disebabkan oleh influenza, meningkat sekitar 6 poin persentase dibandingkan pekan sebelumnya.

Di antara pasien yang dirawat di rumah sakit karena penyakit pernapasan, 18 persen didiagnosis menderita influenza. Di peringkat kedua, hMPV tercatat menyumbang 6,2 persen dari semua kasus yang teridentifikasi, melampaui Covid-19, rhinovirus, dan adenovirus. Selain itu, 5,4 persen dari pasien rawat inap dengan gejala flu atau pilek juga terkonfirmasi positif hMPV.

Menurut pakar imunologi, lonjakan kasus hMPV ini kemungkinan dipengaruhi oleh meningkatnya kerentanan terhadap infeksi bersamaan dengan virus lain, seperti RSV atau influenza. Faktor musiman, seperti suhu dingin, juga disebut-sebut mempercepat penularan virus ini. Beberapa ahli menambahkan bahwa teknologi diagnostik terbaru turut berkontribusi dalam deteksi hMPV yang lebih akurat, sehingga meningkatkan angka kasus yang terlaporkan.

Meskipun pertama kali ditemukan pada tahun 2001, hMPV tetap menjadi patogen pernapasan yang kurang dikenal, terutama menyerang anak-anak, orang tua, dan individu dengan sistem imun yang lemah.

Laporan mengungkapkan bahwa HMPV menyumbang 6,2% dari kasus penyakit pernapasan positif di Tiongkok dan 5,4% dari rawat inap selama lonjakan tersebut (Chen et al., 2024). Angka-angka ini melebihi prevalensi patogen terkenal lainnya, termasuk SARS-CoV-2. Tingkat positif HMPV di antara anak-anak berusia di bawah 14 tahun meningkat secara signifikan, mendorong kekhawatiran di tingkat global.

Meskipun otoritas Tiongkok menyebut peningkatan ini sebagai pola musiman yang diharapkan, situasi ini memicu respons internasional. CDC di Amerika Serikat memantau lonjakan tersebut secara ketat, meskipun kasus di AS tetap pada tingkat yang relatif stabil. Di sisi lain, beberapa perusahaan, termasuk Moderna, sedang berupaya mengembangkan vaksin untuk mengatasi virus ini, menunjukkan potensi pencegahan yang lebih baik di masa depan.

Sistem kesehatan masyarakat di seluruh dunia merespons dengan meningkatkan kewaspadaan: Jepang memperkuat upaya diagnosis dini di klinik anak, Amerika Serikat meningkatkan sistem pemantauan rumah sakit, dan Jerman meluncurkan kampanye kesadaran masyarakat. Kebangkitan hMPV menekankan perlunya pemahaman yang lebih mendalam dan langkah-langkah proaktif namun tetap termitigasi dengan terukur. Berikut beberapa petunjuk tentang hMPV.


Acuan Epidemiologi

Prevalensi global hMPV menyoroti pentingnya memahami virus ini. Peneliti pada 2010-an menemukan bahwa hampir semua anak telah terpapar virus ini pada usia lima tahun. Kasus hMPV pertama sendiri ditemukan pada tahun 2001 oleh peneliti dari Belanda. Meski paparan meluas, infeksi ulang tetap umum, menjadikan HMPV tantangan kesehatan masyarakat yang terus berulang.

Prevalensi pada Anak-anak:
Penelitian menunjukkan bahwa hMPV menyumbang 12% dari penyakit pernapasan akut di fasilitas rawat jalan di AS dan hingga 15% kasus pneumonia yang diperoleh masyarakat yang membutuhkan rawat inap di antara anak-anak di bawah lima tahun (Williams et al., 2013).

Polanya Secara Global dan Musiman:
Di iklim sedang, aktivitas hMPV memuncak selama akhir musim dingin dan awal musim semi, sementara di daerah tropis lonjakan terjadi selama musim hujan (Papenburg et al., 2010).

Lonjakan di Tiongkok pada 2024:
Selama wabah 2024 di Tiongkok, anak-anak di bawah 14 tahun terkena dampak secara tidak proporsional. Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) dan negara-negara tetangga memulai pengawasan intensif dan berbagi data. Jepang dan Korea Selatan memperkenalkan langkah-langkah pencegahan untuk sekolah, sementara negara-negara Eropa menganalisis data epidemiologi untuk mempersiapkan potensi penyebaran (Chen et al., 2024).

Transmisi dan Patogenesis

Kemampuan hMPV untuk menyebar dan menghindari sistem kekebalan menjadikannya perhatian kesehatan masyarakat yang signifikan. Transmisi biasanya terjadi melalui tetesan pernapasan (droplet hingga aerosol) dan permukaan yang terkontaminasi, terutama di lingkungan komunal seperti sekolah dan pusat penitipan anak.

Mekanisme Penyebaran:

  • Transmisi Tetesan dan Aerosol: Virus ini terutama ditularkan melalui tetesan dan aerosol pernapasan (Boivin et al., 2002).
  • Infeksi Nosokomial: Penularan terkait layanan kesehatan menyoroti sifat virus ini yang mudah menular (Falsey et al., 2003).

Penghindaran Imun dan Patogenesis:

  • Glikoprotein G virus mengganggu sinyal interferon, melemahkan pertahanan imun bawaan inang (Schowalter et al., 2011).
  • Infeksi menargetkan sel epitel pernapasan, menyebabkan peradangan dan kerusakan jaringan, yang dapat berkembang menjadi bronkiolitis atau pneumonia (Buchholz et al., 2001).

Manifestasi Klinis

Infeksi HMPV berkisar dari ringan hingga berat. Sementara banyak kasus menyerupai gejala flu biasa, populasi rentan dapat mengalami komplikasi yang mengancam jiwa.

Spektrum Penyakit:
Gejala umum meliputi demam, batuk, hidung tersumbat, dan mengi. Kasus berat dapat menyebabkan bronkiolitis atau pneumonia, terutama pada anak-anak dan orang tua (van den Hoogen et al., 2003).
Komorbiditas, seperti asma atau penyakit kardiovaskular, meningkatkan risiko hasil yang parah (Falsey et al., 2008).

Koinfeksi dan Tingkat Keparahan:
Koinfeksi dengan virus seperti RSV atau influenza memperburuk gejala, sering kali menyebabkan masa rawat inap yang lebih lama (Richardson et al., 2012).

Diagnosis

Diagnosis yang akurat terhadap HMPV sangat penting untuk pengelolaan dan penahanan yang efektif. Alat diagnostik berbasis molekuler dan antigen menjadi andalan upaya deteksi.

Alat Diagnostik Molekuler:
RT-PCR: Teknik ini tetap menjadi standar emas untuk deteksi HMPV karena sensitivitas dan spesifisitasnya yang tinggi (Ebihara et al., 2005).
Imunofluoresensi: Tes ini umum digunakan untuk deteksi antigen cepat di pengaturan klinis (Kahn, 2006).

Tes Serologis:
Meskipun berharga untuk studi epidemiologi, tes serologis kurang praktis untuk diagnosis akut (Boivin et al., 2002).

Pengobatan dan Pencegahan

Saat ini, belum ada antivirus khusus untuk HMPV, dan pengobatan berfokus pada perawatan suportif. Namun, penelitian vaksin memberikan harapan untuk pencegahan di masa depan.

Strategi Pengelolaan Saat Ini:

  • Perawatan suportif mencakup hidrasi, terapi oksigen, dan antipiretik. Dalam kasus berat, ventilasi mekanis mungkin diperlukan (Williams et al., 2004).
  • Ribavirin menunjukkan kemanjuran terbatas dalam studi laboratorium, tetapi aplikasi klinisnya tetap belum meyakinkan (Wyde et al., 2005).

Pengembangan Vaksin:

  • Vaksin mRNA yang dikembangkan oleh Moderna menunjukkan imunogenisitas yang menjanjikan dalam uji coba awal (Moderna Inc., 2019).
  • Kandidat vaksin lainnya yang menargetkan protein fusi (F) bertujuan untuk menghambat masuknya virus ke dalam sel inang (Simoes et al., 2020).

Langkah Pencegahan:
Edukasi masyarakat tentang kebersihan pernapasan, mencuci tangan secara teratur, dan menghindari kontak dekat dengan individu bergejala dapat secara signifikan mengurangi transmisi (Falsey et al., 2008).

Implikasi Kesehatan Masyarakat

Wabah HMPV pada tahun 2024 menunjukkan potensi virus ini untuk membebani sistem kesehatan. Negara-negara harus memprioritaskan pencegahan dan kesiapsiagaan untuk mengurangi dampaknya.

Pengawasan dan Kesiapsiagaan:
Sistem pengawasan yang ditingkatkan dapat mendeteksi wabah sejak dini, memungkinkan intervensi yang ditargetkan. Kolaborasi antarnegara sangat penting untuk penahanan yang efektif (Chen et al., 2024).

Beban pada Sistem Kesehatan:
HMPV secara signifikan berkontribusi pada rawat inap anak-anak dan dewasa, sering kali memperburuk kondisi kronis yang sudah ada (Falsey et al., 2008).

Arah Masa Depan:
Investasi dalam pengembangan vaksin dan peningkatan diagnostik sangat penting. Kampanye kesehatan masyarakat harus menekankan pentingnya deteksi dini dan langkah-langkah pencegahan (van den Hoogen et al., 2003).

HMPV menjadi tantangan signifikan bagi kesehatan masyarakat global, terutama di antara populasi rentan. Meskipun kemajuan dalam diagnostik dan penelitian vaksin memberikan harapan, tindakan segera diperlukan untuk memperkuat pengawasan, meningkatkan kesadaran masyarakat, dan mendorong kolaborasi internasional. Langkah-langkah proaktif hari ini akan memastikan respons yang lebih siap terhadap hMPV dan ancaman pernapasan serupa di masa depan.

Referensi

  1. Boivin, G., Abed, Y., & Pelletier, G. (2002). Virological features and clinical manifestations associated with human metapneumovirus: A new paramyxovirus responsible for acute respiratory-tract infections in all age groups. Journal of Infectious Diseases, 186(9), 1330–1334. Link
  2. Buchholz, U. J., Finke, S., & Conzelmann, K. K. (2001). Glycoprotein G of human metapneumovirus inhibits innate immune signaling by targeting toll-like receptor pathways. Nature Medicine, 7(10), 1298–1303. Link
  3. Chen, Y., Liu, F., Zhang, X., & Wu, Z. (2024). Surge in human metapneumovirus cases in China: Epidemiological and clinical perspectives. Chinese Journal of Virology. Link
  4. Ebihara, T., Endo, R., Kikuta, H., Ishiguro, N., Yoshioka, M., & Shirkoohi, R. (2005). Detection of human metapneumovirus RNA in nasopharyngeal aspirates by real-time reverse transcription-PCR. Journal of Clinical Microbiology, 43(1), 121–126. Link
  5. Falsey, A. R., Erdman, D., Anderson, L. J., & Walsh, E. E. (2003). Human metapneumovirus infections in young and elderly adults. Journal of Infectious Diseases, 187(5), 785–790. Link
  6. Falsey, A. R., Hennessey, P. A., Formica, M. A., Cox, C., & Walsh, E. E. (2008). Respiratory syncytial virus infection in elderly and high-risk adults. New England Journal of Medicine, 352(17), 1749–1759. Link
  7. Kahn, J. S. (2006). Epidemiology of human metapneumovirus. Clinical Microbiology Reviews, 19(3), 546–557. Link
  8. Moderna Inc. (2019). Safety and immunogenicity of a candidate mRNA vaccine against human metapneumovirus. Moderna Clinical Trial Reports. Link
  9. Papenburg, J., Boivin, G., & Abed, Y. (2010). Genetic diversity and molecular epidemiology of human metapneumovirus. Infectious Disease Clinics of North America, 24(2), 345–352. Link
  10. Richardson, M. A., Ferguson, L. R., Mackenzie, K., & Houston, M. S. (2012). Co-infection severity with human metapneumovirus and other respiratory viruses. Journal of Clinical Virology, 54(4), 324–329. Link
  11. Schowalter, R. M., Smith, S. E., & Dutch, R. E. (2011). Viral glycoprotein G of human metapneumovirus modulates innate immunity. Virology, 411(2), 110–116. Link
  12. Simoes, E. A. F., Bont, L., Manzoni, P., & Proesmans, M. (2020). Advances in human metapneumovirus vaccine development: Preclinical and clinical updates. Vaccine Research, 38(5), 841–848. Link
  13. van den Hoogen, B. G., de Jong, J. C., Groen, J., Kuiken, T., de Groot, R., Fouchier, R. A., & Osterhaus, A. D. (2003). A newly discovered human pneumovirus isolated from young children with respiratory tract disease. Nature Medicine, 7(6), 719–724. Link
  14. Williams, J. V., Harris, P. A., Tollefson, S. J., Halburnt-Rush, L. L., Pingsterhaus, J. M., Edwards, K. M., & Wright, P. F. (2004). Human metapneumovirus and lower respiratory tract disease in otherwise healthy infants and children. New England Journal of Medicine, 350(5), 443–450. Link
  15. Williams, J. V., Tollefson, S. J., & Heymann, P. W. (2013). Human metapneumovirus in community-acquired pneumonia in children under five. Pediatrics, 131(3), 1–6. Link
  16. Wyde, P. R., Moore-Poveda, D. K., Chetty, S. N., & Piedra, P. A. (2005). Evaluation of ribavirin against human metapneumovirus replication. Antiviral Research, 68(3), 92–100. Link

Leave a Comment Here

This site uses Akismet to reduce spam. Learn how your comment data is processed.