Beberapa saat yang lalu dalam science blogs– EURAC research Martin W. Angler seorang jurnalis sains yang juga merupakan author dari buku yang jadi acuan dalam bidang ‘jurnalisme sains’ mewawancari Dr. Sarahanne M. Field, Peneliti Pos-Doktoral di Center for Society and Technology Studies (CWTS) Universitas Leiden, Belanda.
Sarah (biasanya dipanggil) adalah peneliti metasains yang juga aktif dalam aktivisme sains terbuka. Dia punya konsen soal reformasi sains, replikasi sains dan beberapa isu yang secara luas menjadi perhatian dalam gerakan sains terbuka (open science).
Kami coba merangkum poin penting dari wawancara ini yang juga dipublikasikan di website EURAC research-lembaga riset di Tirol selatan, Swiss. Berikut beberapa hal penting yang dapat kami rangkum dalam wawancara ini.
Dalam ranah penelitian dan penerbitan ilmiah, konsep sains terbuka (Open Science) diperkenalkan dengan janji untuk mengubah penelitian menjadi usaha yang sepenuhnya transparan dan dapat diakses. Namun, menurut ahli metasains Sarah, kenyataannya masih jauh dari cita-cita tersebut. Pernyataan Sarah tersebut beralasan dari kajiannya saat ini yang berfokus pada isu-isu dalam sistem penerbitan ilmiah saat ini dan mengadvokasi pendekatan yang lebih adil.
Perhatian utama Sarah adalah biaya publikasi yang tinggi, yang dikenal sebagai Biaya Pemrosesan Artikel (APC), yang harus dibayar oleh para ilmuwan agar karyanya dapat diterbitkan. Biaya ini seharusnya untuk menutupi biaya penanganan artikel, termasuk penyusunan dan penyuntingan naskah. Namun, Sarah mengkritik kurangnya transparansi dalam pengalokasian biaya ini dan biaya yang terlalu tinggi, yang dapat mencapai $9.500 untuk beberapa jurnal.
Sistem ini (publikasi ilmiah), menurut Sarah, pada dasarnya memiliki kekurangan. Biaya yang tinggi secara tidak proporsional mempengaruhi para ilmuwan dari institusi dan negara yang kurang mampu, sehingga memperparah ketidaksetaraan yang ada dalam komunitas ilmiah. Sistem yang ada saat ini juga memberikan beban berat bagi para peninjau sejawat (peer-reviewer), yang memberikan layanan penting dalam menjaga kualitas penelitian ilmiah namun tidak diberi kompensasi atas pekerjaan mereka.
Kritik Sarah meluas hingga ke ‘jantung’ industri penerbitan ilmiah. Dia berpendapat bahwa fokus industri pada keuntungan telah menyebabkan sistem yang mengkomodifikasi penelitian ilmiah, menciptakan ketidakseimbangan kekuasaan dan mendorong ketidaksetaraan. Sistem saat ini, katanya, memberi penghargaan kepada mereka yang mampu membayar APC tinggi, sering kali para peneliti dari lembaga-lembaga yang lebih kaya di belahan dunia Utara, sementara meminggirkan mereka yang tidak mampu.
Namun dalam wawancara ini, Sarah tidak hanya mengkritik sistem yang ada saat ini; ia juga secara aktif bekerja untuk mengubahnya. Dia adalah bagian dari gerakan yang bertujuan untuk mereformasi Sains Terbuka (Open Science) dari dalam. Hal ini mendorong Sarah melibatkan diri dalam kerja di tingkat akar rumput untuk membangun dukungan bagi perubahan, serta mencoba memasukkan individu-individu yang berpikiran reformis ke dalam posisi-posisi kunci di dunia akademis.
Salah satu strategi utama dari gerakan yang Sarah sampaikan adalah pengembangan model penerbitan alternatif. Sarah menyebutkan sebuah platform yang disebut ResearchEquals, yang mempublikasikan penelitian dalam bentuk ‘potongan-potongan’ (lihat gambar dibawah ini) dan mengenakan biaya yang lebih murah untuk akses yang lebih terbuka. Model ini, menurutnya, lebih adil dan dapat menjadi alternatif yang layak untuk sistem yang ada saat ini.

Sarah mengakui bahwa mengubah sistem yang ada saat ini akan membutuhkan waktu. Namun, dia optimis tentang masa depan penerbitan ilmiah. Ia percaya bahwa semakin banyak ilmuwan dan institusi yang menyadari masalah pada sistem saat ini dan menuntut perubahan, maka industri ini akan dipaksa untuk beradaptasi.
____
Sumber berbahasa Inggris:
Sarahanne Field Wants To Put the “Open” Back Into Open Science. (2023). Retrieved 11 July 2023, from https://www.eurac.edu/en/blogs/connecting-the-dots/sarahanne-field-wants-to-put-the-open-back-into-open-science
