Cinta: Antara Logika atau Hasrat Semata?

Dalam kebudayaan populer, cinta sering dilukiskan sebagai sesuatu yang melampaui nalar, ia digambarkan misterius, impulsif, dan tak terduga. Frasa seperti “cinta itu buta” atau “tidak bisa memilih kepada siapa kita jatuh cinta” mencerminkan pandangan umum seolah cinta menolak sebuah rasionalitas. Namun, ketika cinta ditempatkan dalam kerangka saintifik dan epistemologis, muncul pertanyaan yang lebih kompleks, bisakah cinta dijelaskan secara ilmiah, dan apakah ia layak dinilai sebagai … Continue reading Cinta: Antara Logika atau Hasrat Semata?

AI Bukan Ancaman, tapi Rekan Kerja: Apa Kata Jurnalis Sains di Jerman tentang ChatGPT?

Apakah ChatGPT akan menggantikan jurnalis sains? Pertanyaan ini menghantui banyak ruang redaksi di seluruh dunia. Di satu sisi, kecerdasan buatan (AI) menawarkan kecepatan, efisiensi, dan kemampuan olah data luar biasa. Di sisi lain, ada kekhawatiran soal akurasi, etika, dan hilangnya “sentuhan manusia” dalam jurnalisme. Tapi bagaimana jika AI bukan pengganti, melainkan rekan kerja? Itulah pertanyaan sentral dalam sebuah studi kualitatif menarik yang dilakukan oleh Guenther, … Continue reading AI Bukan Ancaman, tapi Rekan Kerja: Apa Kata Jurnalis Sains di Jerman tentang ChatGPT?

Bagaimana Algoritma Media Sosial Mempercepat Kebencian?

Antara tahun 2020 hingga 2025, media sosial tidak hanya menjadi medium berbagi informasi, tetapi juga bertransformasi menjadi mesin penyebar kebencian global. Dari kerusuhan New Delhi hingga konflik di Tigray, dari gelombang kebencian anti-Asia selama pandemi hingga kerusuhan Capitol di Amerika Serikat, algoritma media sosial terbukti mempercepat penyebaran ujaran kebencian dan disinformasi. Proses terbentuknya kebencian di media sosial bermula dari apa yang disebut sebagai dinamika afektif … Continue reading Bagaimana Algoritma Media Sosial Mempercepat Kebencian?

PANGAEA: Upaya Menyelamatkan Data Ilmiah Amerika Serikat

Dalam beberapa tahun terakhir, akses terhadap data ilmiah menjadi semakin rentan karena dinamika politik yang tidak selalu berpihak pada sains, kemudian muncul tantangan struktural dan epistemik yang mengancam keberlanjutan akses terhadap data ilmiah. Data ilmiah yang dihasilkan dari skema pendanaan publik tidak lagi dapat diasumsikan eksis secara abadi di domain terbuka. Fragmentasi tata kelola data, ketidakpastian anggaran, serta tekanan ideologis terhadap lembaga-lembaga penelitian telah menciptakan … Continue reading PANGAEA: Upaya Menyelamatkan Data Ilmiah Amerika Serikat